Senin, 27 April 2015

TIPS-TIPS MENGHADAPI MUSUH ALA KITAB TA’LIM

 
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sebagai seorang insan, tentu tidak akan terlepas dari godaan orang-orang bodoh yang sengaja membuat kedzaliman dan menghalang-halangi. Oleh karena itu, kita sebagai seorang muslim yang baik dan berakal, maka haruslah tanggap dan menggunakan cara yang tepat dalam menghadapinya. Sebab, jika kita salah melangkah pastinya akan berdampak buruk.

Lalu bagaimana cara tepat yang harus dilakukan?

Dalam kitab ta’lim ada beberapa penjelasan mengenai bagaimana cara menghadapi musuh. Diantaranya adalah:

_Tetapkanlah dan usahakanlah selalu, agar berbuat baik terhadap diri sendiri. Janganlah samapai sibuk memikirkan usaha untuk mengalahkan musuhmu. Jika kamu telah dapat menetapkan  dirimenjadi baik, berarti sudah mengalahkan musuhmu.

_Hendaklah memilih diam saja, musuh atau orang bodoh itu tidak perlu dilawan. Jika Ia menyerang, maka tetaplah diam, tidak perlu ditandingi.

_ Jika Ia mengolok-olok, janganlah engkau balas atas keburukannya itu, tetapi cukup engkau diam saja. Tentu ia akan terkena akibat perbuatannya itu.

Sekelumit oret-oretan, semooga bermanfaat. Amin

Minggu, 26 April 2015

Membantu Kesulitan Sesama Muslim

Kita sebagai seorang muslim mestinya harus menanamkan pada diri kita untuk selalu memiliki jiwa sosial yang tinggi, suka membantu dan menolong sesama muslim. Sebab pada hakikatnya ketika kita menolong orang lain sama artinya menolong diri kita sendiri.
Sebagaimana hadist yang diriwayatkan Abu Hurairoh

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ نَـفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُـرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا ، نَـفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُـرْبَةً مِنْ كُـرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَـى مُـعْسِرٍ ، يَسَّـرَ اللهُ عَلَيْهِ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ، وَمَنْ سَتَـرَ مُسْلِمًـا ، سَتَـرَهُ اللهُ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ، وَاللهُ فِـي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ ، وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًـا ، سَهَّـلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَـى الْـجَنَّةِ ، وَمَا اجْتَمَعَ قَـوْمٌ فِـي بَـيْتٍ مِنْ بُـيُوتِ اللهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ ، وَيَتَدَارَسُونَـهُ بَيْنَهُمْ ، إِلَّا نَـزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ ، وَغَشِـيَـتْـهُمُ الرَّحْـمَةُ ، وَحَفَّـتْـهُمُ الْـمَلاَئِكَةُ ، وَذَكَـرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ ، وَمَنْ بَطَّـأَ بِـهِ عَمَلُـهُ ، لَـمْ يُسْرِعْ بِـهِ نَـسَبُـهُ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang Mukmin, maka Allâh melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Barangsiapa memudahkan (urusan) orang yang kesulitan (dalam masalah hutang), maka Allâh Azza wa Jalla memudahkan baginya (dari kesulitan) di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi (aib) seorang Muslim, maka Allâh akan menutup (aib)nya di dunia dan akhirat. Allâh senantiasa menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya. Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allâh akan mudahkan baginya jalan menuju Surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allâh (masjid) untuk membaca Kitabullah dan mempelajarinya di antara mereka, melainkan ketenteraman akan turun atas mereka, rahmat meliputi mereka, Malaikat mengelilingi mereka, dan Allâh menyanjung mereka di tengah para Malaikat yang berada di sisi-Nya. Barangsiapa yang diperlambat oleh amalnya (dalam meraih derajat yang tinggi-red), maka garis keturunannya tidak bisa mempercepatnya.”

CARA MENSUCIKAN JIKA MAKAN ANJING

حاشية البجيرمي على الخطيب الجزء 1 صحـ: 332 مكتبة دار الفكر
وَلَوْ أَكَلَ لَحْمَ نَحْوِ كَلْبٍ لَمْ يَجِبْ تَسْبِيعُ مَحَلِّ اْلاسْتِنْجَاءِ كَمَا نَقَلَهُ الرُّوْيَانِيُّ عَنْ النَّصِّ قَوْلُهُ ( لَحْمَ نَحْوِ كَلْبٍ ) وَمِثْلُهُ الْعَظْمُ اللَّيِّنُ الَّذِيْس يُؤْكَلُ مَعَ اللَّحْمِ ع ش قَوْلُهُ ( لَمْ يَجِبْ تَسْبِيعُ مَحَلِّ اْلاسْتِنْجَاءِ ) وَلَوْ خَرَجَ غَيْرُ مُسْتَحِيْلٍ ِلأَنَّ مِنْ شَأْنِهِ اْلاسْتِحَالَةَ وَيَجِبُ التَّسْبِيعُ مِنْ خُرُوجِ الْعَظْمِ وَإِنِ اسْتَحَالَ لأَنَّ مِنْ شَأْنِهِ عَدَمَ اْلاسْتِحَالَةِ كَمَا قَرَّرَهُ شَيْخُنَا ح ف وَمِثْلُهُ الشَّعْرُ فَإِنَّهُ يَجِبُ تَسْبِيعُ الدُّبُرِ مِنْهُ اهـ

Andai seseorang memakan daging semisal anjing, maka tidak wajib dibasuh tuju kali bagian/tempat istinjak (pantat) seperti yang telah dinukilkan imam rauyyani dari imam syafi’i.  qouluhu (daging semisal anjing) dan semacamnya  yakni tulang halus yang dimakan bersamaan daging. qouluhu (maka tidak wajib dibasuh tuju kali bagian pantatnya) dan sekalipun keluar dengan tanpa berubah karena sejatinya adalah berubah. dan wajib membasuh 7 kali jika yang dimakan adalah tulang meski jika keluar dengan keadaan berubah seperti yang telah diikrorkan guru kita, dan semacamnya yaitu rambut, maka dubur wajib dibasuh tuju kali. intaha’


أسنى المطالب الجزء 1 صحـ : 23 مكتبة دار الكتاب الإسلامي
(
قَوْلُهُ إذَا غَسَلَ فَمَهُ الْمُتَنَجِّسَ إلَخْ ) وَلَوْ أَكَلَ لَحْمَ كَلْبٍ نَصَّ الشَّافِعِيُّ عَلَى أَنَّهُ يَغْسِلُ فَمَهُ سَبْعًا وَيُعَفِّرُهُ وَأَنَّهُ يَكْفِيْ فِي قُبُلِهِ وَدُبُرِهِ مِنْ أَجْلِ الْبَوْلِ أَوِ الْغَائِطِ مَرَّةٌ وَاحِدَةٌ اهـ


qouluhu ( ketika membasuh mulut yang terkena najis ilah..)  andai seseorang memakan daging anjing dalam nasnya imam syafi’i dijelaskan bahwasanya harus dibasuh mulutnya dengan 7 kali basuhan dan membelutinya dengan debu. dan sesungguhnya mencukupi didalam dubur dan dubur sebab kencing atau berak dengan satu kali.

Poinnya :
Pada bagian mulut cara mensucikannya seperti ketika terkena najis mugholadoh yaitu dibasuh dengan tuju kali basuhan pada bagian mulutnya dan salah satu diantaranya air dibeluti (dicampuri) dengan debu.

untuk bagian dubur atau qubul seperti dibawah ini
jika yang dimakan berupa daging atau tulang halus, maka tidak wajib dibasuh tujuh kali, walaupun keluarnya masih utuh berupa daging. Namun jika yang dimakan berupa anggota yang tidak mungkin hancur, seperti; tulang atau rambut, maka wajib dibasuh tujuh kali.

Referensi
Hasiyah bujairomy ala hotib juz 1 hal 332 cetakan darul fikr
Asnaul matholib juz 1 hal 23 cetakan darul kibab al islami
Wallohu a’lam bishowab